Salam Hangat dari Ekspedisi Hutan Hijau 1.0, Kalimantan Tengah, 2024

Halo, Generasi Hijau…
Catatan ini saya tulis di atas perahu (di sini sebutannya ches) menuju Batu Ampar, salah satu kawasan Wisata Danau Gambut Air Hitam di Desa Kereng Bangkirai, Kecamatan Sebangau, Palangkaraya, Kalimantan Tengah.

Langit cerah, ches melaju di antara pandan di atas air gambut berwarna hitam karena mengandung dekomposisi bahan organik purba yang belum selesai. Bila kena laju ches, buih air berwarna keemasan. Air yang menyimpan keasaman sangat tinggi sehingga tak semua tumbuhan bisa tumbuh, membentuk ekosistem gambut yang khas.

Kekhasan yang kerap tak diperhitungkan sehingga diperlakukan sama dengan lahan tropis basah. Dibuka, ditanami dengan tanaman yang sesungguhnya tak cocok, gagal, lalu ditinggalkan.

Sesekali kami melintasi hamparan tonggak rasau, pandan rawa gambut (Pandanus helicopus) yang mati akibat kebakaran hebat tahun 2015 dan 2019. Tonggak-tonggak itu lapuk, mati, dan tak mampu berpucuk lagi.

Begitulah, kekhasan ekosistem hutan di jantung Borneo itu harus menghadapi denyut perubahan dan peruntukan. Sementara di sisi yang lain, dunia berharap pada utuhnya tutupan hutan sebagai paru-paru dunia yang tersisa, sebagai penyerap emisi karbon yang memanaskan bumi.

Di sinilah, tim Ekspedisi Hutan Hijau 1.0 menyigi Kalimantan Tengah dari 16 Februari-27 Februari 2024 untuk mengisahkan kepada Anda, tentang keunikan flora fauna yang tersebar di sepanjang langkah, tentang para pemangku kepentingan menjaga keutuhan napas dunia, dan tentang masyarakat Dayak yang lahir dari keperkasaan hutan Kalimantan.

Kami, tim Ekspedisi Hutan Hijau 1.0 terdiri dari Arief Priyono (penanggung jawab), Beawiharta (fotografer), Prasto Wardoyo (videografer), Johan Prayoga Jaya (videografer), Dewi Pascarani (advisor), Rino Hayyu Setyo (supporting lead), dan saya sebagai reporter sekaligus leader untuk ekspedisi ini.

Nantikan kisah kami selanjutnya.

Salam hangat dari Bumi Tambun Bungai
33mdpl, 32 derajad C

Titik Kartitiani
Managing Editor